Kab. Kediri (cokronews.com) — Inovasi baru lahir dari tangan Dosen Perikanan dan mahasiswa Universitas Brawijaya PSDKU Kediri. Melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM)/Kuliah Kerja Nyata (KKN), mereka memperkenalkan Inkubator Telur Ikan Nila (Oreochromis niloticus) kepada kelompok pembudidaya ikan Mina Buana di Desa Duwet, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, pada Rabu (31/7/2025).
Desa Duwet selama ini dikenal memiliki potensi perikanan yang beragam, mulai dari nila, lele, gurami hingga ikan hias. Namun, potensi itu belum berkembang maksimal karena sebagian besar pembudidaya masih menjadikan budidaya ikan sebagai usaha sampingan. Kehadiran alat inkubator telur ikan ini diharapkan mampu mengubah cara pandang pembudidaya, meningkatkan daya tetas telur, serta memperkuat sektor perikanan desa.
Kegiatan ini dipimpin oleh Mentari Puspa Wardani, S.Pi., M.Si. sebagai Ketua tim pengabdian sekaligus Dosen Pembimbing Lapang, bersama Ayu Winna Ramadhani, S.Pi., M.Si. sebagai anggota dosen, serta dibantu oleh mahasiswa akuakultur PSDKU UB Kediri, Kheista Putri Setyono dan Chris Cahyadi Satria Parante, serta seluruh anggota mahasiswa KKN Kelompok 22 Desa Duwet.
Teknologi tepat guna ini memadukan sistem sirkulasi air otomatis untuk menjaga kualitas lingkungan inkubasi. Hasilnya mencengangkan: daya tetas telur ikan nila meningkat hingga 88% pada kepadatan 2.700 butir per liter, jauh lebih tinggi dibanding metode alami yang hanya 50–60%. Kunci keberhasilan alat ini ada pada pengaturan debit air, oksigen, dan suhu yang selama ini menjadi kendala utama bagi pembudidaya. “Selama ini banyak pembudidaya kesulitan menetaskan telur ikan nila secara optimal. Dengan inkubator ini, kami ingin membantu mereka mendapatkan benih dengan cara yang lebih efisien dan modern,” ujar Mentari Puspa Wardani, dosen pembimbing lapang sekaligus ketua tim pengabdian.
Respon positif pun datang dari peserta kegiatan. “Saya harap ke depan dengan adanya kegiatan dari adik-adik KKN ini dapat membantu bapak-bapak dan ibu-ibu pembudidaya sekalian dalam mengembangkan budidaya perikanannya,” ungkap Gogik Hananta, Kepala Desa Duwet, yang hadir dalam kegiatan tersebut.

Mahasiswa yang terlibat juga mengungkapkan semangat mereka. Bersama mahasiswa Akuakultur yang ikut mendemonstrasikan alat, mengatakan, “Kami ingin membuktikan bahwa ilmu yang kami pelajari di kampus bisa langsung diterapkan untuk masyarakat, dan hasilnya bisa dirasakan nyata oleh kelompok pembudidaya ikan di Desa Duwet,”
Proker TTG KKN ini diharapkan menjadi sarana agar mahasiswa dan kelompok pembudidaya ikan dapat saling berbagi pengetahuan, berdiskusi, dan langsung mempraktikkan teknologi tepat guna. Kolaborasi ini tidak hanya memperkenalkan inovasi, tetapi juga menciptakan ruang belajar bersama yang bermanfaat bagi keberlanjutan usaha perikanan di Desa Duwet. Langkah ini sekaligus mendukung terwujudnya SDG 2 (Zero Hunger) dengan meningkatkan ketersediaan pangan berbasis perikanan budidaya, serta SDG 14 (Life Below Water) dengan mendorong praktik budidaya berkelanjutan yang mengurangi ketergantungan pada penangkapan ikan liar di alam.
Tak hanya efisien, inovasi ini juga berdampak pada pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dengan biaya operasional rendah dan sistem yang sederhana, inkubator ini memungkinkan pembudidaya kecil memproduksi benih secara massal tanpa bergantung pada proses alami. Selain itu, teknologi ini membantu mengurangi tekanan terhadap stok ikan di alam, sehingga mendukung pengelolaan sumber daya perairan yang lebih berkelanjutan. (Tania)