Yogyakarta. (Cokronews.com) – pada tanggal 6 Juni 2023, acara tersebut menghadirkan Narasumber Olivia Lewi Pramesti, M.A. selaku dosen FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan anggota Penggiat Literasi Digital (JAPELIDI). Dihadiri juga oleh Sudaryanto, S.H. selaku Anggota DPRD DIY, Drs, Priya Purnama selaku Carik Kalurahan Bangun Kerto, Turi, Sleman, dan Wiwik Lestariningrum, S.T. Selaku Pranata Muda Humas Bidang IKP.
Acara dibuka dengan sambutan oleh Sudaryanto,S.H. dengan memaparkan peran DPRD DIY dalam mengedukasi masyarakat mengenai literasi digital kepemiluan, dan menjelaskan secara umum pentingnya literasi digital dalam pemilu.
Acara dilanjutkan dengan sambutan oleh Carik Kalurahan Bangun Kerto Drs, Priya Purnama dengan menjelaskan apa saja yang sudah dilakukan Kelurahan Bangun Kerto untuk mendukung edukasi literasi digital kepemiluan.
Sambutan dilanjutkan oleh Wiwik Lestariningrum, S.T. selaku Pranata Muda Humas Bidang IKP dengan menyampaikan bahwa penting bagi masyarakat memahami pentingnya literasi digital kepemiluan agar terhindar dari hoaks pemilu.
BACA JUGA ; Bantu Masyarakat Madiun, Korem 081/DSJ Hadirkan Program Karbak Skala Besar TNI Tahap II
Dilanjutkan dengan acara inti yang dibawa oleh Olivia Lewi Pramesti, M.A. dengan judul “Literasi Digital Wujudkan Pemilu Tanpa Hoaks”.
Dosen FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta tersebut menjelaskan bahwa sekarang ini banyak sekali berita clickbait yang membawa judul yang memancing kita untuk membuka informasi yang tidak benar atau hoaks. Hoaks ini makin merajalela jelang pemilu, dengan tren yang selalu sama, yaitu menyasar sosial media seperti, Facebook, Instagram, Twitter, hingga TikTok.
Adapun jenis atau keluaran dari hoaks bentuknya dapat berbagai macam seperti video, foto, maupun narasi. Sebanyak 73,7% masyarakat Indonesia atau sekitar 204,7 juta jiwa merupakan pengguna internet.
Itulah mengapa perlunya perhatian terhadap literasi digital tentang pemilu ini. Dosen tersebut juga menyampaikan survey oleh Microsoft yang menunjukkan data bahwa netizen Indonesia merupakan netizen paling tidak sopan di ASEAN, buktinya pada saat pemilu banyak pro kontra terjadi antar individu yang berbeda pilihan dan saling melempar ujaran kebencian. Olivia lalu memaparkan ciri-ciri hoaks yang dilanjutkan pemaparan kurangnya literasi dan pemahaman masyarakat dalam mencerna berita terutama di media sosial menjadi alasan mengapa orang Indonesia masih percaya pada hoaks dan konten-konten negatif lainnya. Terselip penegasan pentingnya menjadi pemilih yang kritis dan menjadi netizen yang santun dan etis di media sosial. Informasi mengenai situs atau nomor telepon yang dapat mengecek hoaks tidaknya merupakan tindakan preventif agar tidak mudah terkena hoaks. Pemaparan materi ditutup dengan peribahasa “Jarimu Harimaumu”.
Sesi berikutnya merupakan sesi tanya jawab. Salah seorang warga bertanya mengenai tindakan pencegahan yang dilakukan pemerintah kepada pelaku hoaks. Bukan hanya mengedukasi masyarakat saja tetapi juga menanggulangi pelaku hoaks agar pelaku tidak dapat lagi menyebarkan hoaks. Olivia menjelaskan bahwa sudah dilakukan pemblokiran terhadap situs hoaks, tetapi mudahnya akses internet dan media sosial sekarang ini, tindakan pencegahan terhadap pelaku menjadi sulit. Saat pemerintah memblokir suatu situs, akan muncul situs yang lainnya lagi.
Acara lalu ditutup oleh Wiwik Lestariningrum, S.T., yang berpesan untuk lebih berhati hati dalam menyebarkan informasi dari sosial media. Turut mengimbau masyarakat untuk #SaringSebelumSharing yang artinya pastikan berita yang akan disebarkan bukanlah sebuah hoaks sebelum menyebarkan berita tersebut. (Kominfo DIY)