Kediri, (Cokronews.com) – Pemerintah Kota Kediri menggelar Dhoho Street Fashion yang ke 7 dengan menggaet para desainer nasional dan lokal untuk menampilkan karya terbaiknya pada Sabtu, 10 Desember 2022.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Kediri Ferry Silviana Abdullah Abu Bakar menyampaikan, Dhoho Street Fashion ini sengaja dibuat berbeda dengan acara fashion week lainnya karena ingin menampilkan nilai history tentang Kediri. “Kita semua tahu bahwa Kediri adalah kerajaan tua, kerajaan yang mungkin bahkan jadi mbahnya jadi ceritanya sangat banyak,” katanya.
Ferry Silviana Abdullah Abu Bakar atau yang akrab disapa Bunda Fey ini juga mengakatan bahwa kegiatan fashion ini juga seperti persembahan khusus untuk desa Bandar Kidul, teman-teman pengrajin batik khusus untuk orang-orang Kediri.

Terakhir, Bunda Fey menjelaskan, tema Diversity of Dhaha mengingatkan tentang keragaman yang membangun bumi nusantara tak kecuali Kota Kediri. Kota Kediri dibangun oleh berbagai suku, ras, agama yang berdampingan secara harmonis. Selain itu juga ada berbagai profesi dengan segala kemampuan dan juga kemampuan khusus seperti komunitas difabel yang juga ikut di dalamnya.
“Orang Kediri ini tidak hanya dibangun dari beragam ras, suku, agama, tapi juga macam-macam. Saudara kita salah satunya adalah teman-teman tuna rungu yang rupanya mereka punya bakat-bakat luar biasa. Jadi itulah keberagaman Kota Kediri. Kediri adalah rumah untuk semuanya,” pungkasnya.
Pada kesempatan tersebut, ada lima desainer yang menampilkan karyanya yakni Priyo Oktaviano, Era Soekamto, Wignyo Rahardi, Askazim Boutique, dan Yuyun Maskurun. Masing-masing dari mereka menyajikan sentuhan karyanya berbahan tenun ikat kediri dengan mengandung filosofi atau makna yang berbeda-beda.
BACA JUGA ; Tatap Muka Pembina dan Ketua Bhayangkari Cabang kepada PP Polri Ngawi
Dalam Dhoho Street Fashion 7th ini, Priyo menampilka Ibu Pertiwi yang bermakna merengkuh segala beda, segala keragaman menjadi jalinan keluarga yang harmonis. Peran ibu sebagai tempat kembali, tempat berpeluk, dan tempat semua berawal. Tampilan anggun, feminin, dan karakter kesopanan khas Timur yang terinspirasi dari almarhumah ibunya mewarnai koleksi kali ini.
Ia menampilkan busana yang resmi dan banyak tertutup untuk merealisasikan busana khas Timur yang elegan. Busana ini dipersembahkan untuk perempuan dewasa dan matang dalam pemikiran. Pemilihan warna-warna alam misalnya hijau olive, kuning, orange peach. Sedangkan dari second line SPOUS dengan gaya anak muda menampilkan koleksi Childhood Remeniscence. SPOUS merupakan kepanjangan nama Stevanus Priyo Oktaviano Umar Slamet.
Selanjutnya, Era Soekamto menampilkan 24 Koleksi tenun dipersentasikan dengan gaya ethnic modern dengan sentuhan Jawa Bali dan Kerajaan Majapahit.
BACAAN LAIN ; Ngopi Bareng Penerangan Korem 084/Bhaskara Jaya bersama Awak Media
Kemudian ada Wignyo Rahadi, yang menmpilkan 16 busana kain tenun ikat Kediri dengan tema hybird of dhoho. Desainer lokal yang turut menampilkan karyanya adalah Azzkasim Boutique.
Berbeda dari tahun sebelumnya, Dhoho Street Fashion 7th kali ini menggandeng desainer difabel yakni Yuyun Maskurun. Seorang difabel yang memiliki usaha kursus dan melayani pedanan atau made by order yakni Abidah Collection. Muridnya pun beragam, mulai difabel dan umum. Dari lembaga latihan ini, beberapa difabel sudah mampu membuat usaha sendiri. Yuyun juga sebagai Ketua Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia). (Nanik)