Surabaya (cokronews.com) — Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur, Zulkipli, mengungkapkan, secara month to month (m-to-m) bulan Mei 2025 Provinsi Jawa Timur mengalami tingkat deflasi sebesar 0,34 persen. Hal tersebut diungkapkannya dalam agenda Siaran Berita Resmi Statistik (BRS) di Lt.2, R. VIcon Kantor BPS Jatim, Surabaya, Senin (2/6/2025).
“Dapat kami sampaikan bahwa Jawa Timur mengalami deflasi sebesar 0,34 persen. Beberapa kondisi yang terjadi di bulan Mei 2025 itu, kita lihat bahwa panen raya di bulan Maret dan April sudah mulai berakhir untuk di bulan Mei. Sehingga harga-harga, terutama harga pangan, harga beras kita lihat mengalami kenaikan,” ujar Zulkipli.
Faktor yang menyebabkan terjadinya deflasi, menurut Zulkipli, adalah produksi hortikultura yang terlihat sangat melimpah, seperti cabai dan bawang. “Selain itu harga emas juga mengalami penurunan. Sehingga itu mengakibatkan kita deflasi 0,34 persen,” ungkap Zulkipli.
Namun demikian, pergerakan deflasi tersebut dikatakan Zulkipli, tidak sedalam penurunan tingkat nasional yang sebesar 0,37 persen. “Dengan deflasi 0,34 persen itu, berarti sepanjang Januari sampai Mei 2025 deflasi kita hanya 0,89 persen. Jadi sangat kecil angka deflasi kita,” ujarnya.
Secara pergerakan Year on Year (YoY) atau dari tahun ke tahun, Zulkipli menyebut, hal itu juga baru mencapai 1,22 persen.
Ia mengungkap, semua kabupaten/kota di Jawa Timur terlihat mengalami kondisi yang sama-sama deflasi. “Kondisi deflasi terdalam ada di Sumenep 0,79 persen, kemudian disusul Malang 0,21 persen. Kami ingatkan kembali, ya mungkin itu yang harus dijaga untuk yang berikutnya saja,” ungkap Zulkipli.
Berdasarkan Kelompok
Berdasarkan kelompok indeks harga konsumen, Zulkipli menuturkan, kelompok yang mengalami deflasi, yaitu makanan, minuman, tembakau, informasi, komunikasi dan jasa keuangan.
Untuk kelompok makanan, minuman, dan tembakau, Zulkipli memaparkan, pada Mei 2025 Provinsi Jawa Timur mengalami deflasi secara YoY sebesar 0,08 persen atau terjadi penurunan indeks dari 111,58 pada Mei 2024 menjadi 111,49 pada Mei 2025. “Subkelompok yang mengalami deflasi YoY adalah subkelompok makanan sebesar 1,26 perse,” paparnya.
Subkelompok minuman yang tidak beralkohol dan subkelompok rokok dan tembakau, pada Mei 2025, Zulkipli menyebut, memberikan andil deflasi YoY sebesar 0,02 persen.
“Komoditas yang dominan memberikan andil atau sumbangan deflasi YoY, yaitu daging ayam ras sebesar 0,22 persen, bawang merah sebesar 0,13 persen, tomat sebesar 0,10 persen, telur ayam ras sebesar 0,08 persen, cabai merah sebesar 0,07 persen, jagung manis 0,04 persen, ikan mujair dan daun bawang masing-masing sebesar 0,03 persen, bawang putih, jeruk, dan terong masingmasing sebesar 0,02 persen, serta kol putih/kubis dan pepaya masing-masing sebesar 0,01 persen,” sebut Zulkipli.
Komoditas seperti beras, kopi bubuk, minyak goreng, Sigaret Kretek Mesin (SKM), kelapa, santan jadi, air kemasan, Sigaret Kretek Tangan (SKT), Sigaret Putih Mesin (SPM), cabai rawit, ketimun, ikan tongkol/ikan ambuambu, makanan ringan/snack, kue basah, dan cumi-cumi, dikatakan Zulkipli, pada Mei 2025 memberikan andil deflasi secara m to m sebesar 0,37 persen.
“Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan deflasi m-to-m, cabai rawit sebesar 0,21 persen, bawang merah sebesar 0,08 persen, bawang putih sebesar 0,04 persen, cabai merah sebesar 0,03 persen, ikan mujair dan daging ayam ras masing-masing sebesar 0,02 persen, serta jagung manis, wortel, dan jeruk masing-masing sebesar 0,01 persen,” beber Zulkipli.
“Meskipun harga-harga beras terlihat mengalami kenaikan atau inflasi, tapi kan kita tahu cadangan Bulog saat ini sudah mencapai 4 juta ton kan. Jadi secara prinsip sebenarnya kita memiliki persediaan yang cukup lah untuk sepanjang tahun 2025 saat ini,” kata Zulkipli.
Sedangkan untuk kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan, Zulkipli menjelaskan, pada Mei 2025 Provinsi Jawa Timur mengalami deflasi secara YoY sebesar 0,58 persen atau terjadi penurunan indeks dari 99,35 pada Mei 2024 menjadi 98,77 pada Mei 2025.
“Dari empat subkelompok pada kelompok ini, satu subkelompok mengalami deflasi YoY, yaitu subkelompok peralatan informasi dan komunikasi sebesar 1,89 persen,” jelas Zulkipli.
Adapun dua subkelompok lainnya, diterangkan Zulkipli, tidak memberikan sumbangan yang signifikan terhadap deflasi YoY, yaitu subkelompok asuransi serta subkelompok jasa keuangan. “Kelompok ini pada Mei 2025 memberikan andil atau sumbangan terhadap deflasi YoY sebesar 0,04 persen,” terang Zulkipli.
Ia mengatakan, komoditas yang dominan memberikan andil deflasi secara YoY, yaitu, telepon seluler sebesar 0,03 persen, serta laptop/notebook sebesar 0,01 persen. “Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan deflasi m to m, yaitu: laptop/notebook sebesar 0,01 persen,” kata Zulkipli.
Inflasi di Jatim Secara YoY
Meski secara m to m Jawa Timur mengalami deflasi, Zulkipli tetap menyampaikan, bahwa pada Mei 2025 terjadi inflasi secara year on year (YoY) Provinsi Jawa Timur sebesar 1,22 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,06.

Ia menuturkan, inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Tulungagung sebesar 1,84 persen dengan IHK sebesar 109,19 dan inflasi terendah terjadi di Kabupaten Gresik sebesar 0,60 persen dengan IHK sebesar 106,23.
“Inflasi YoY terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,96 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,30 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,45 persen, kelompok kesehatan sebesar 1,98 persen, kelompok transportasi sebesar 0,19 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,46 persen, kelompok pendidikan sebesar 1,45 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,88 persen, serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 9,53 persen,” tutur Zulkipli.