Ponorogo (cokronews.com)—– Sekolah keseteraan mengundang minat kuat di Ponorogo. Terbukti, jumlah anak tidak sekolah (ATS) berkurang 495 dalam rentang Maret hingga Juli 2025. Dinas Pendidikan (Dindik) Ponorogo getol mendorong pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) dan sanggar kegiatan belajar (SKB) menggelar pendidikan kesetaraan lewat program kejar paket A, B, maupun kejar paket C. ‘’Update data kependudukan memudahkan identifikasi ATS sehingga intervensi lebih tepat sasaran,” kata Kepala Bidang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Non Formal (PNF) Dinas Pendidikan Ponorogo RR Yeni Widiastuti, Senin (25/8/2025).
Menurut dia, PKBM dan SKB menerapkan pola penjangkauan dan pendampingan untuk menumbuhkan minat belajar anak. Selain itu, pola pembelajaran lebih fleksibel menyesuaikan kondisi ATS. Dindik juga mengalokasikan dana bantuan operasional daerah yang bersumber dari APBD untuk menyokong PKBM. “Sekolah kesetaraan juga memberikan pelatihan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja sehingga minat bersekolah meningkat,” jelasnya.
Kendati jumlah ATS fluktuatif dalam setiap periode, namun pada pertengahan 2025 ini mencatatkan penurunan paling signifikan. Yeni berharap jumlah penurunan ATS semakin tinggi yang membuktikan lebih banyak anak kembali memperoleh hak pendidikan. Dengan demikian, kualitas sumber daya manusia Ponorogo terus meningkat. “Pendidikan adalah investasi jangka panjang. Setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk bersekolah sehingga dapat berkontribusi bagi kemajuan bangsa, membentuk karakter, membuka peluang kerja, dan memberdayakan diri,’’ terangnya.
Yeni menyebut sejumlah kendala dalam upaya mereduksi ATS. Faktor internal yang muncul, di antaranya, rendahnya minat belajar, masalah kesehatan terutama bagi anak difabel, serta kurangnya motivasi. Sedangkan faktor eksternal meliputi kemiskinan, eksploitasi anak, dan minimnya dukungan keluarga. ‘’Dinas Pendidikan berkomitmen mempertahankan program yang ada,’’ tegasnya.
Bersamaan itu, menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif dan menyenangkan. Petugas berupaya menjangkau langsung anak-anak putus sekolah melalui kunjungan rumah maupun pertemuan dengan keluarga.
Rentang Lima Bulan, 495 Anak di Ponorogo Kembali Mengenyam Pendidikan
