Krisis Air Bersih Landa 3 Desa di Kaki Gunung Penanggungan Mojokerto

Mojokerto, (Cokronews.com) – Krisis air bersih melanda 3 desa di kaki Gunung Penanggungan, Kabupaten Mojokerto. Pemerintah mulai rutin menyalurkan bantuan air bersih untuk memenuhi kebutuhan 7.589 warga terdampak saat musim kemarau.

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Mojokerto Djoko Soepangkat mengatakan, krisis air bersih terjadi di Desa Kunjorowesi dan Manduro Manggung Gajah. Dua desa wilayah Kecamatan Ngoro berada di kaki Gunung Penanggungan sisi utara.

Kesulitan air bersih dialami 4.937 jiwa penduduk Desa Kunjorowesi. Terdiri dari 3.312 jiwa atau 708 keluarga di Dusun Kandangan dan 1.625 jiwa atau 848 keluarga di Dusun Kunjoro.
edangkan di Desa Manduro Manggung Gajah, krisis air bersih berdampak terhadap 1.861 jiwa. Yaitu 865 jiwa atau 292 keluarga di Dusun Gajah Mungkur dan 996 jiwa atau 305 keluarga di Dusun Buluresik.

Desa ketiga yang mengalami krisis air bersih terletak di sisi barat kaki Gunung Penanggungan. Yaitu Desa Duyung, Kecamatan Trawas. Sulitnya mendapatkan air bersih dialami 791 jiwa atau 256 keluarga di Dusun Bantal.

“Kekurangan air bersih sejak Mei 2023. Makanya pertengahan Mei, pemerintah desa mengajukan bantuan air bersih ke Bupati Mojokerto,” kata Djoko kepada wartawan di kantornya, Sabtu (17/6/2023).

Masyarakat 5 dusun yang kini krisis air bersih, lanjut Djoko, sejatinya sudah menadah air hujan untuk persediaan musim kemarau. Namun, persediaan warga habis karena kemarau datang lebih cepat dari biasanya.

Bantuan pemerintah desa dan sejumlah perusahaan tak cukup. Oleh sebab itu, mereka mengajukan bantuan ke Pemkab Mojokerto.

“Musim kemarau tahun ini maju 2 bulan dampak El Nino. Tahun lalu kami salurkan air bersih mulai Agustus. Tahun ini mulai Juni. Diprediksi kemarau tahun ini panjang sampai akhir Oktober nanti,” terangnya.

Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati telah menetapkan status tanggap darurat bencana kekeringan dan karhutla tahun 2023 pada 9 Juni lalu. Status tanggap darurat tersebut berlaku 1 Juni-31 Oktober mendatang.

Sehingga BPBD Kabupaten Mojokerto sudah bisa menggunakan dana darurat Belanja Tak Terduga (BTT) untuk menangani krisis air bersih. Namun untuk sementara waktu, kata Djoko, pihaknya menggunakan anggaran reguler di BPBD Kabupaten Mojokerto.

Dana Rp 199.350.000 untuk pengadaan 443 tangki air bersih dari Perumdam Mojopahit. Sehingga mutu air bersih lebih terjamin untuk minum, masak dan mencuci. Setiap tangki berkapasitas 4.000 liter.

Desa Kunjorowesi mendapatkan jatah 179 tangki, sedangkan Manduro Manggung Gajah dan Duyung masing-masing 132 tangki. Jatah tersebut didistribusikan selama 45 hari mulai 12 Juni lalu.

“Distribusi kami lakukan setiap hari, Desa Kunjorowesi dapat 4 tangki karena penduduknya paling banyak, Manduro Manggung Gajah dan Duyung masing-masing 3 tangki,” jelasnya.

Bantuan air bersih tersebut hanya cukup sampai 26 Juli 2023. Padahal, musim hujan diprediksi baru tiba November nanti. Menurut Djoko, bantuan air bersih akan dilanjutkan menggunakan BTT atau bantuan dari BPBD Jatim.

“Kami juga menunggu hasil kajian dari konsultan Bappeda Kabupaten Mojokerto untuk solusi permanen. Sehingga tidak terulang lagi kekurangan air bersih,” cetus Djoko.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *