Angklung Resmi Dilarang Mentas di Malioboro

Yogyakarta. (Cokronews.com) – Pemerintah Kota (Pemkot) Jogja melarang pengamen angklung di jalur pedestrian Malioboro. Pelarangan ini menjadi tindak lanjut dari penataan kawasan Malioboro.

Kepala UPT Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya Malioboro, Ekwanto mengatakan saat ini tengah melakukan kurasi sebelum mereka bisa tampil di Teras Malioboro 1 dan 2.

Poin-poin yang dikurasi seperti dari segi tampilan, pementasan, hingga musik. Karena angklung bukan alat musik tradisional dari Jogjakarta maka ke depan akan dikombinasikan dengan alat musik Jogja atau gamelan, sehingga lebih bernuansa Jogja.

“Kami beri kolaborasi dengan musik ala Jawa. Kadang-kadang kami dibully netizen, bukan Jogja [alat musiknya]. Makanya kami akomodasi mungkin diberi bonang, saron apapun yang bernuansa Jogja,” ucapnya via HarianJogja, Senin (20/3/2023).

BACA JUGA ; Gubernur Jawa Timur dan Wali Kota Kediri Hadiri Malam Resepsi Hari Pers Nasional ke-77 Provinsi Jawa Timur

Menurutnya setelah penataan Malioboro, pedagang kaki lima (PKL) tidak lagi diizinkan berjualan di kawasan tersebut. PKL ada bermacam-macam mulai dari penjual makanan, rokok, dan turunan lainnya termasuk angklung. Sehingga sudah tidak diizinkan.

“Angklung sudah kami akomodasi kami kurasi untuk nanti kami tampilkan di dua titik. Di Teras Malioboro 1 dan 2, harus proses kurasi dulu,” jelasnya.

Sehingga nantinya angklung akan dikolaborasikan dengan kesenian Jogja dan tampil sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

Proses kurasi masih berjalan dan ditargetkan segera bisa tampil, setidaknya saat lebaran. “Masih proses jadi memang belum semua, masih proses kurasi.”

Penjabat Wali Kota Jogja, Sumadi berharap agar komunitas angklung ini bisa memahami. Ini berkaitan dengan pengajuan Sumbu Filosofi sebagai warisan budaya UNESCO.

Diharapkan nantinya para pemain angklung ini bisa tampil di tempat lain.
“Jogjaka sudah mengajukan delapan tahun, ini sudah diverifikasi. Jogja satu-satunya yang mengajukan, artinya pemerintah pusat pun perhatian dari tim UNESCO melakukan verifikasi dan ada catatan-catatan yang harus dipenuhi,” ucapnya.

Ia meminta para pemain angklung bersabar dulu, sambil menunggu proses kurasi dari UPT yang juga berkoordinasi dengan Pemda DIY. “Harapannya 2023 ini ada keputusan menjadi warisan budaya tak benda.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *