ECOTON Temukan Kandungan Mikroplastik Lima Merek Teh Celup

Kediri ( cokronews.com ) —- Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan atau dalam bahasa inggris Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) menemukan kandungan mikroplastik pada teh celup.
Peneliti Mikroplastik ECOTON, Rafika Aprilianti menyatakan, telah melakukan penelitian mikroplastik dalam air teh celup. Saat itu, peneliti memeriksa lima merek teh celup yang paling banyak diminati oleh masyarakat Indonesia.

“Kelima merek teh celup ini meliputi teh celup Sosro, teh Poci, Sari Murni, Sariwangi, dan Tong Tji,” katanya.
Kemudian, imbuhnya, terhadap setiap merek diberi penambahan air sebanyak 200 ml. Penelitian ini dilakukan dengan dua perlakuan, sesuai kebiasaan masyarakat ketika menyeduh teh celup.

“Perlakuan pertama, teh celup diletakkan pada air selama proses pemanasan hingga suhu 95 derajat Celcius, sedangkan perlakuan kedua, teh celup dimasukkan setelah pemanasan air hingga suhu 95 derajat Celcius dan diaduk selama 5 menit,” katanya.

Hasilnya, rinci Rafika, ketika kantong teh celup dimasukkan selama proses pemanasan air sampai suhu 95 derajat Celcius, untuk teh celup merek Sosro mengandung 1.093 partikel mikroplastik fiber, teh celup merek Teh Poci mengandung 1.077 mikroplastik fiber, dan Sari Murni mengandung 1.059 mikroplastik fiber. Sementara, teh celup merek Sari Wangi memiliki 1.013 mikroplastik fiber, dan teh celup Merek Tong Tji mengandung 1.009 mikroplastik fiber.

Ia mengemukakan, kantong teh celup dapat melepaskan mikroplastik ke dalam teh karena ada proses pemanasan. komposisi jenis plastik memengaruhi ketahanan plastik terhadap faktor eksternal.

Seperti panas, cahaya UV, dan gesekan, yang pada akhirnya mempengaruhi seberapa mudah plastik tersebut berubah menjadi mikroplastik.

“Mikroplastik merupakan partikel asing bagi tubuh, ketika masuk ke dalam tubuh maka akan berdampak buruk bagi kesehatan, menyebabkan inflamasi, gangguan hormon bahkan kanker. Ketika mikroplastik masuk ke dalam tubuh, partikel-partikel kecil ini dapat terserap di saluran pencernaan dan masuk ke dalam darah,” katanya.

Dari tahapan ini, sebutnya, mikroplastik dapat menyebar ke berbagai organ seperti otot, hati, ginjal, jantung, dan bahkan otak. Namun karena sifatnya yang sulit terurai, mikroplastik cenderung bertahan dalam tubuh dan menumpuk seiring waktu (bioakumulatif).

“Keberadaan mikroplastik dalam tubuh dapat memicu berbagai dampak negatif, seperti peradangan, stres oksidatif, dan kerusakan sel. Dalam jangka panjang, kondisi ini berisiko menyebabkan peradangan kronis yang dapat berujung pada kematian sel (apoptosis), serta meningkatkan risiko gangguan kesehatan yang lebih serius,” katanya.

Lebih lanjut, solusi yang dapat diterapkan untuk terhindar dari mikroplastik adalah memilih teh daun asli tanpa kantong teh dan menggunakan saringan stainless steel, teko, atau french press untuk menyeduh teh. Pada masa lalu, penyeduhan teh lebih sederhana, alami, dan bebas dari kontaminasi plastik.

“Teh diseduh langsung dengan daun teh dalam teko atau cangkir, tanpa menggunakan kantong teh berbahan plastik. Selain lebih alami, cara ini juga lebih ramah lingkungan,” katanya.

Sebagai informasi, berdasarkan jurnal penelitian ‘Environmental Science & Technology, 2024’ mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia diperkirakan mengonsumsi mikroplastik sebanyak 15 gram/kapita/bulan atau setara 3 kartu ATM. Selain dari kebiasaan masyarakat yang menggunakan plastik sekali pakai untuk membungkus makanan dan minuman, sumber lainnya juga berasal dari kantong teh celup.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *