Kelompok Kajian Ketahanan Berbasis Kemaritiman dan Wilayah Perbatasan SP UB Rancang Model untuk Nelayan Pesisir Selatan Jawa dengan Pendekatan Multi-Integrasi

Malang (cokronews.com) —– Untuk mendukung ketahanan pangan dan keberlanjutan masyarakat pesisir, Kelompok Kajian Ketahanan Berbasis Kemaritiman dan Wilayah Perbatasan dari Sekolah Pascasarjana Universitas Brawijaya (SP UB) melakukan penelitian mendalam terkait ketahanan pangan bagi nelayan skala kecil di pesisir selatan Pulau Jawa.

Penelitian ini menggunakan pendekatan multi-integrasi yang menggabungkan aspek sosial budaya, ekonomi, lingkungan, dan hukum untuk menyusun solusi komprehensif dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan.

Penelitian yang dilaksanakan di Kabupaten Malang dan Probolinggo ini dipimpin oleh Prof. Dr. Moh. Fadli, SH., MH, bersama tim akademisi ahli, termasuk Dr. Ir. Anthon Efani, MP, Prof. Dr. Abdul Hakim, M.Si, Prof. Dr. Rachmad Safa’at, SH., M.Si, Dhiana Puspitawati, SH., L.LM., Ph.D., Dr. Istislam SH., M.Hum., dan Dr. Nurini Aprilianda, SH., M.Hum. Dengan dukungan dana PNBP dari SP UB, penelitian ini menjadi bagian dari program penelitian dan pengabdian masyarakat UB tahun 2024.

Prof. Fadli menjelaskan pada Senin (11/11/2024) bahwa tujuan utama penelitian ini adalah mengidentifikasi status ketahanan pangan nelayan skala kecil dan strategi adaptasi yang digunakan dalam menghadapi perubahan iklim yang berdampak pada perikanan.

“Kami berharap pendekatan multi-integrasi ini dapat menjadi solusi menyeluruh, mencakup aspek ekonomi, kearifan lokal, keberlanjutan lingkungan, dan sosial budaya,” jelasnya.

Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan melibatkan 150 responden nelayan skala kecil yang memiliki kapal di bawah 5 GT. Data dikumpulkan melalui survei lapangan dan wawancara mendalam, kemudian dianalisis menggunakan metode Smart-PLS untuk mengidentifikasi hubungan antar variabel yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan, termasuk aspek keberlanjutan lingkungan, manajemen risiko, regulasi, perubahan iklim, dan kearifan lokal.

Hasil awal menunjukkan bahwa ketahanan pangan nelayan sangat dipengaruhi oleh ketidakstabilan hasil tangkapan, yang berdampak langsung pada pendapatan dan akses pangan. “Variasi hasil tangkapan ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kondisi laut yang tidak stabil dan keterbatasan teknologi tangkap,” ungkap Dr. Anthon Efani.

Kondisi ini menjadikan nelayan rentan terhadap ancaman kerawanan pangan, terutama saat musim paceklik atau cuaca ekstrem.
Temuan lainnya mengungkapkan bahwa meskipun akses ke pasar pangan lokal cukup baik, cuaca ekstrem kerap menghalangi aktivitas melaut, sehingga pendapatan harian nelayan berkurang.

“Dalam kondisi ini, akses ke bantuan sosial dan jaring pengaman seperti asuransi sangat diperlukan untuk melindungi nelayan dari ketidakpastian ekonomi,” tambah Dr. Anthon Efani.

Penelitian ini juga fokus pada strategi adaptasi nelayan skala kecil untuk menghadapi perubahan iklim dan fluktuasi hasil tangkapan, seperti diversifikasi mata pencaharian, pengembangan teknologi ramah lingkungan, dan pemanfaatan kearifan lokal. Diversifikasi mata pencaharian, seperti bertani atau bekerja di sektor pariwisata, membantu nelayan tidak sepenuhnya bergantung pada hasil laut.

“Langkah ini sangat penting, terutama di tengah kondisi laut yang tidak menentu,” ujar Prof. Abdul Hakim, M.Si.

Kearifan lokal juga menjadi sorotan penting dalam penelitian ini. Beberapa komunitas nelayan di Malang dan Probolinggo menerapkan konservasi, seperti rehabilitasi terumbu karang dan penanaman mangrove, untuk melindungi habitat laut yang esensial bagi keberlanjutan perikanan.

“Kearifan lokal ini terbukti efektif dalam menjaga keberlanjutan sumber daya laut,” kata Prof. Rachmad Safa’at, SH., M.Si.

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi kebijakan yang bermanfaat bagi pemerintah daerah dan nasional dalam mendukung ketahanan pangan nelayan skala kecil di Jawa Timur.

Hasil penelitian ini juga akan dipublikasikan dalam jurnal ilmiah, sebagai kontribusi UB dalam pengembangan strategi ketahanan pangan masyarakat pesisir.

Prof. Fadli menyampaikan harapannya agar penelitian ini dapat menjadi model bagi pengembangan ekonomi berkelanjutan di wilayah pesisir Indonesia lainnya yang menghadapi tantangan serupa.

“Kami berharap temuan ini dapat diaplikasikan dalam skala lebih luas, sehingga nelayan di seluruh Indonesia dapat merasakan manfaat dari solusi berkelanjutan ini.”

Penelitian ini merupakan komitmen nyata Universitas Brawijaya dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan, khususnya terkait ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat pesisir. (Arifin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *