Kediri (cokronews.com) — Tidak banyak yang menyangka. Di balik berbagai prestasinya itu ternyata Shyla masih sering gugup saat hendak pertandingan. Namun, ketika sudah masuk gelanggang, dia bisa langsung bermain secara apik. Hingga berhasil mengalahkan lawan-lawannya, Senin (25/3/2024).
Prestasi yang diraih gadis asal Desa Tulungrejo, Pare ini tidak didapat secara instan. Kemampuannya di cabor bela diri asal Korea ini sudah diasah sejak belia.
Saat itu, Shyla kelas empat SD. Dia diajak saudaranya untuk mencoba ikut taekwondo. Sebenarnya, dia bukan gadis yang suka olahraga. Namun, entah kenapa saat ditawari untuk mencoba ikut taekwondo, dia tertarik.
Bisa jadi karena memang, sejak kecil Shyla terbilang merupakan cewek tomboy. Sebab, kebetulan mayoritas teman-teman di tempatnya tinggal itu laki-laki. Dari latar belakang itu yang membuatnya merasa tertarik dengan olahraga ini.
“Tiba-tiba tertarik aja, kaya merasa tertantang gitu, ingin buktiin juga kalau perempuan juga bisa ikut yang kaya gini,” aku dara kelahiran 2007 ini.
Dari situ, hari-harinya dipenuhi dengan latihan. Namun, hal itu tidak mudah dihadapi. Tidak hanya karena Shyla tidak punya latar belakang bela diri. Dia juga bukan gadis yang suka olahraga.
Saat latihan, tidak jarang Shyla menangis. Pasalnya, latihan yang dilalui terlalu berat. Lalu, dia juga sering merasa kesakitan akibat kena serang lawan sparingnya. Tangis dan air mata sudah menjadi makanan sehari-harinya.
“Kadang saat sparing, ketendang jadi nangis. Karena sampai bengkak juga,” kenang Shyla.
Walau demikian, hal itu tidak menyurutkan semangatnya. Shyla tetap melanjutkan latihan beratnya tersebut. Itu adalah caranya untuk mebuktikan bahwa dia juga bisa meraih prestasi dengan jerih payahnya sendiri.
“Hari ini nangis, besoknya tetap latihan lagi. Berulang kali seperti itu,” ucapnya. Belum genap setahun Shyla bergabung, dia memutuskan untuk ikut kejuaraan pertamanya. Yakni pada Kejurkab Kediri Taekwondo Pemula 2016.
Awalnya, tidak mudah untuk memutuskan ikut pertandingan itu atau tidak. Bahkan, dia sampai menangis dahulu karena dia tidak mau ikut. Namun, Ayahnya terus menyemangati. Alhasil, Shyla pun memantabkan hatinya untuk ikut.
“Sempat gak mau tanding, sampai nangis, karena takut,” aku anak dari pasutri Agus Alatas dan Siti Rukaina.
Walau sempat ogah-ogahan, ternyata dia berhasil meraih pencapaian besar. Alumnus SDN Tulungrejo 2 itu berhasil meraih medali emas. Dari situ pun Shyla semakin semangat untuk terus mengasah kemampuannya.
Beragam prestasi lain akhirnya mengikuti. Seperti Kejurprov 2017 yang diadakan di Blitar, dia berhasil meraih medali emas. Kejurprov 2018 di Pasuruan, dia kembali meraih medali emas.
Pada 2019 dalam kejuaraan antar pelajar Jawa Timur di Batu, Malang dia juga kembali meraih medali emas. Juara perunggu pada Kejurprov 2021 di Surabaya Jatim Expo. Pada 2022, di kejuaraan Papua Open Shyla berhasil meraih medali perak. Dan yang terbaru, pada 2023, dalam kejuaraan pelajar se Jawa Timur dia meraih medali perak.
“Itu yang saya ingat aja ya,” akunya.
Saat ini dia juga sedang fokus mempersiapkan untuk ikut Pekan Olahraga Daerah (POPDA) 2024.
Dari berbagai pencapaian itu, Shyla juga masih sering gugup ketika akan mengikuti pertandingan. Tidak jarang dia juga menangis terlebih dahulu. Namun, ketika sudah memasuki gelanggang dia langsung tampil garang.
“Pelatih itu sampai sudah biasa kalau saya nangis sebelum ikut lomba. Tapi saat sudah naik ke matras, ya tandingnya gak takut sama sekali,” aku gadis yang saat ini duduk di kelas dua SMAN 2 Pare.