Kediri (cokronews.com) — Belasan warga di Perumahan Wilis Indah 2, Kelurahan Campurejo, Mojoroto terserang chikungunya. Penyakit akibat gigitan nyamuk itu menyerang warga sejak beberapa minggu lalu. Hingga kemarin maish ada warga yang mengeluhkan demam, nyeri di persendian hingga tak bisa bergerak, Kamis (14/3/2024).
Data yang dihimpun koran ini menyebutkan, penyakit chikungunya di antaranya diderita warga di RT 07 Perumahan Wilis Indah 2. Ketua RT 07 Ahmad Yani mengatakan, warganya terkena penyakit akibat virus yang ditularkan oleh nyamuk itu secara bergantian.
Mayoritas mengeluhkan demam, pusing, nyeri sendi dan nyeri otot. Pria yang akrab disapa Yani itu juga terkena chikungunya pada akhir Februari lalu. Tiba-tiba saja tangan dan kakinya kaku hingga tidak bisa bergerak.
“Saya sempat tidak bisa berjalan. Jalannya jinjit-jinjit karena kakinya nggak bisa digerakkan,” kata Yani.
Rasa nyeri di persendian dan ototnya baru sembuh setelah seminggu berobat. Menurut laporan warga kepada Yani, di RT 07 total ada 18 warga yang terkena chikungunya.
“Saya tahunya kalau itu gejala chikungunya ya dari Google. Kalau dari dokter itu macam-macam. Ada yang larinya ke ortopedi, kayak saya kemarin disuruh kontrol di dokter saraf juga,” lanjut Yani sembari menyebut hingga kemarin ada dua anak-anak di lingkungannya yang masih belum sembuh.
Menindaklanjuti wabah tersebut di lingkungannya, Yani menyebut pihaknya sudah melapor ke kelurahan. Selanjutnya, pihak kelurahan berkoordinasi dengan Puskesmas Sukorami hingga mereka turun ke lapangan untuk mendata. “Tim puskesmas langsung survei lapangan didampingi dokter dan kader. Sehari setelahnya langsung di-fogging,” terang Yani.
Terpisah, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian (P2P) Dinkes Kota Kediri Hendik Supriyanto yang dikonfirmasi terkait wabah chikungunya di Perumahan Wilis Indah II membenarkannya. Meski demikian, setelah dicek oleh dinas kesehatan, total warga yang terjangkit chikungunya hanya 11 orang.
Hendik menerangkan, chikungunya adalah penyakit akibat virus yang ditularkan oleh nyamuk. Gejalanya, nyeri persendian hingga demam secara tiba-tiba. Virus chikungunya menurut Hendik sama-sama disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang juga menjadi penyebab penyakit demam berdarah.
“Chikungunya ini angka kesakitannya tinggi, mudah menyebar, tapi angka kematiannya rendah,” paparnya.
Terkait rincian warga yang terkena chikungunya di Perumahan Wilis Indah II, menurut Hendik tersebar di RT 05 dan RT 07. Di RT 05 total ada enam warga yang terkena. Sedangkan di RT 07 ada lima orang. Mereka berusia antara 20-40 tahun.
Merespons munculnya penyakit chikungunya di sana, Hendik mengaku dinkes sudah melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengasapan atau fogging.
“Fogging itu bukan jaminan (membunuh nyamuk, Red). Fogging itu yang dibunuh nyamuk dewasa kalau jentiknya banyak ya sama saja,” jelasnya.
Untuk mencegah chikungunya menyebar luas, Hendik mengajak masyarakat membersihkan genangan air yang bisa jadi tempat nyamuk berkembang biak.
“Meski ada yang terkena chikungunya kalau lingkungannya bersih, tidak ada tempat air untuk bertelur nyamuk, ya tidak ada nyamuk yang menularkan,” tandasnya.